Total Tayangan Halaman

Selasa, 29 September 2020

Mengekang Mata



Ayub 31:1-2, 9-10 (TB)  "Aku telah menetapkan syarat bagi mataku, masakan aku memperhatikan anak dara? 

Karena bagian apakah yang ditentukan Allah dari atas, milik pusaka apakah yang ditetapkan Yang Mahakuasa dari tempat yang tinggi? 

Jikalau hatiku tertarik kepada perempuan, dan aku menghadang di pintu sesamaku, 

maka biarlah isteriku menggiling bagi orang lain, dan biarlah orang-orang lain meniduri dia. 

-------------------------------------------

Mata adalah termasuk benda yg paling berharga yg kita miliki. Sangking berharganya mata tentu kita akan selalu menjaganya. Menyingkirkan debu,  mengusapnya secara perlahan jika ada sesuatu yg gatal.  

Tentu siapapun kita tidak pengen kehilangan mata,  sebab akan sangat membuat kita terbatas dalam banyak hal, dimana bukan hanya sulit mendeskripsikan apa itu keindahan, kita pun akan sulit berkontribusi banyak terhadap sekeliling kita, sebab kita akan selalu dipandu. 



Meskipun demikian jika Tuhan mengijinkan kita kehilangan mata, sebab tak sedikit orang buta yg punya andil besar dalam mengubah sebuah kebutaan menjadi sebuah berkat, seperti Fanny Crosby yg sudah harus kehilangan matanya sejak ia bayi, tp dia sangat produktif dalam menghasilkan lagu Hymne maupun lagu2 penginjilan yg karyanya bahkan mencapai 8000 hymne. 

Tapi kali ini tidak membahas tentang kebutaan, tapi bagaimana kita bisa mengekang mata kita yg ternyata tidak sedikit orang di dunia ini yg terjatuh karena matanya sendiri. Contohnya Raja Daud yg membiarkan matanya melirik saat Barsyeba, istri dari prajuritnya, mandi. Dan akhirnya jatuh dalam perangkap perzinahan. 

Dalam kisah Ayub yg jg menjadi sebuah pernyataannya sendiri memberi pembelaannya kepada 3 sahabatnya yg datang di saat dia sendiri sedang kehilangan segalanya, mulai dari harta,  keluarga bahkan kesehatannya sendiri, khususnya di pasal 31:1-12 disitu jelas menggambarkan bagaimana Ayub mengekang matanya dari nafsu jahat baik saat melihat seorang dara atau gadis (ayat 1-2),  bahkan dari seorang perempuan yg sudah bersuami (ayat 9-10).

Seorang Ayub yg sudah demikian salehnya,  masih harus berkata hal yg demikian ke kita semua. Dan seandainya jika memang matanya ternyata benar melakukan perbuatan zinah bahkan jika hanya melirik saja seorang wanita, ia berani menyatakan biarlah apa yg ia tabur atau yang ia usahakan dimakan orang lain.  Dan biar segala potensi yg ada dalam dirinya atau tanahnya hancur atau lenyap. 

Bukan hanya itu saja, dia merelakan istrinya diambil orang, dan ia bersedia mati atas kesalahan itu. 

Dan akhirnya menaruh sebuah komitmen besar, menetapkan syarat yakni utk mengekang matanya utk tidak melihat hal-hal yg menajiskan dirinya,  hidupnya bahkan keluarganya. 

Ayub 31:11-12 (FAYH) jelas menyatakan.. Karena mengikuti hawa nafsu adalah dosa yang sangat memalukan, kejahatan yang patut dihukum.

Nafsu perzinahan adalah api yang merajalela sampai ke dalam neraka dan membakar habis segala yang kutanam sampai ke akar-akarnya.

Oleh karena itu marilah kita bisa dan menaruh komitmen seperti apa yg sudah dikomitmen oleh Ayub, yakni mengekang mata kita spy kita tidak menjadi orang2 cabul seperti yg kita lihat akhir-akhir ini semakin banyak terjadi di sekitar kita. 


Tidak ada komentar:

Posting Komentar