Total Tayangan Halaman

Selasa, 25 Oktober 2016

AHOK, BANJIR DAN BANDUNG



                                            Sumber : Youtube : Detik-detik banjir di Bandung

Sungguh suatu hal yang sangat merisaukan jika kita tidak bisa mengantisipasi hal-hal yang seharusnya bisa kita antisipasi. Banjir yang terjadi hari ini dikota Bandung, dan bahkan menurut pemberitaan di metro TV dinyatakan telah menelan korban 1 orang pegawai toko. Kemana pemerintah kota yang selama ini yang selalu membangga-banggakan prestasi yang katanya sudah dicapai olehnya. Membuka ruang publik yang bisa menampung seluruh aspirasi masyarakat dengan baik. Tapi satu hal yang sungguh mengherankan, kok bisa banjir. Padahal  Bandung termasuk daerah dengan dataran tinggi. Melihat mobil yang bisa diseret oleh kuatnya arus banjir. Apa yang sudah dikerjakan oleh pemerintahnya yah.
Terkesan seperti hanya membangun citra diri yang positif semata. Melihat rekam jejak sang Pemimpin Kota, Bang Kamil, yang dimana-mana sangatlah positif. Tapi ketika melihat pemberitaan dihari ini, pastilah Abang kita itu pasti terdiam, melihat kotanya kebanjiran.
Memang pemimpin, dimana-mana tidaklah ada yang sempurna. Pastilah ada kelemahan yang dimiliki oleh masing-masing orang atau pemimpin. Beruntung Jakarta memiliki seorang pemimpin yang peduli akan sungai. Sehingga sederas apapun hujan yang beresiko mengakibatkan banjir akan reda dengan sendirinya. Sebab sudah dibuat sistem yang sangat bagus dalam mengatasi persoalan banjir yang akan selalu melanda dari masa ke masa.
Seorang pemimpin yang peka, bahwa perlu adanya normalisasi sungai-sungai yang ada. Bahwa bantaran sungai bukan untuk dijadikan tempat pemukiman. Perlu keberanian dalam mengambil keputusan untuk memindahkan orang-orang yang tinggal sudah berpuluh-puluh tahun dibantaran sungai. Dimana pemimpin-pemimpin sebelumnya tidak begitu tegas dalam proses normalisasi tersebut.
Dan ketika Jakarta sekarang sudah lebih baik, terus dikatakan bahwa itu bukanlah rancangan programnya. Itu sudah ada sejak zaman Kepemimpinan sebelumnya. Selalu ada saja hal-hal yang dilakukan yang  bisa mengurangi makna dari hal-hal yang sudah dicapai sekarang ini. Dan pernyataan tersebut dibalas, bahwa memang benar program normalisasi sungai-sungai sudah ada sejak zaman Bapak Fauzi. Tapi yang dibutuhkan masyarakat itu bukan program-program yang ada diatas kertas. Tapi tindakan dan bukti nyata yang diperlukan untuk bisa menyelesaikan masalah banjir tersebut.
Pemimpin kota-kota yang ada di seluruh Indonesia seharusnya bisa melihat kejadian yang baru terjadi dikota Bandung. Dan memang bencana banjir sudah merata terjadi dibeberapa kota-kota yang ada di Indonesia, mulai dari kota-kota yang ada di Sumatera, Jawa, Kalimantan dan Sulawesi. Seharusnya pemimpin tidak sibuk untuk urusan dirinya sendiri, atau golongan maupun partai yang mengusungnya. Pemimpin-pemimpin daerah tersebut harus turun langsung melihat apa yang terjadi di masyarakatnya. Mengayomi dan menuntun daerahnya supaya menjadi lebih baik lagi. Terutama masalah banjir. Seharusnya ketika daerah yang dipimpinnya kebanjiran, seharusnya dia merasa malu. Dan tidak menyalahkan orang lain atas kejadian tersebut.
Mari dicarikan solusi bagaimana supaya penyakit banjir itu tidak kambuh lagi. Harus dibutuhkan kerja yang ekstra keras, dan berani mengambil keputusan-keputusan yang meskipun tidak populis. Sebuah keputusan yang membawa kebaikan bagi masyarakat meskipun pada awalnya banyak ditentang. Harus berani untuk tidak popular dimata masyarakat. Toh, masyarakat itu sendiri bisa menilai, akan hal-hal yang sudah dicapai, mana yang berhasil dan mana yang tidak. Dan satu lagi masyarakat tidak membutuhkan rencana-rencana program yang tidak akan pernah ada implementasi atau eksekusi dari program tersebut. Rakyat membutuhkan hasil nyata dan tindakan nyata dari pemimpin-pemimpin daerah kita ini.
Penggusuran itu perlu dan harus dilakukan  sepanjang masyarakat yang digusur tersebut sudah disiapkan sebelumnya tempat yang lebih baik. Dan tidak seperti salah satu legislator kita ini, sampai–sampai membuat lomba puisi tentang penggusuran. Bahkan diimingi-imingi dengan hadiah sampai 10 juta. Pemenangnya diambil dari jika sudah banyak yang mereview puisinya dalam sebuah video, dengan hastag #situkanggusur. Apa itu, kerja legislator kita ini. Seharusnya dia itu lebih banyak untuk melihat kerjaannya di kedewanan.  Mengejar target rancangan undang-undang yang harus sudah siap untuk menjadi undang-undang yang sah di Negara tercinta kita ini.
Mari kita membuat pilkada yang aman, damai dan bersih di Negara kita ini dan tidak ada tempat yang namanya SARA untuk bisa dihembuskan. Jayalah Indonesia..
Penulis adalah Staf pengajar di STT Terpadu PESAT Sibolangit dan Alumni UNIMED 2003

Sabtu, 14 Mei 2016

Refleksi dari Menjadi Pengawas UN-Ujian Nasional

Sekolah SD Masehi 
Aku bersyukur, ternyata aku diberi kesempatan untuk bisa menjadi pengawas Ujian Nasional tingkat SMP di Rayon Sibolangit ini. Tepatnya aku mengawas di SMP Negeri 2 Sibolangit, yang menjadi induk rayon dari beberapa sekolah, yaitu SMP Masehi, SMP Karya Bersama dan SMP LKMD Sembahe. Aku menjadi pengawas bersama dengan 12 orang rekan-rekan yang lain. Yang keseluruhan pengawasnya adalah dari beberapa guru dalam satu rayon tersebut.
Sebenarnya sih, bukan aku kian yang menjadi pengawas. Yang menjadi pengawas adalah Ibu Rosida Barus. Tapi karena suami beliau lagi dirawat di Rumah Sakit, dan ibu tersebut tidak bisa menjalankan tugasnya sebagai pengawas Ujian Nasional, maka kepala sekolahku, dimana aku mengajar menyuruh aku untuk menggantikan ibu tersebut. Dan meskipun pemanggilan diriku itu untuk menjadi pengawas sangatlah mendadak, tepat di hari pertama ujian, sebelum ujian dimulai.
Yang menjadi bahan refleksi bagi diriku, selama menjadi pengawas ujian adalah bahwa aku menemukan banyak hal yang menarik, dibalik beberapa hari selama aku mengawas. Dihari pertama, aku bisa melihat secara langsung SMP 2 itu bagaimana, guru-gurunya bagaimana, kepala sekolahnya bagaimana, lingkungan belajarnya bagaimana, bahkan ruangan belajar yang menjadi fasilitas belajar mengajar,aku bisa mengetahui secara kasat mata. Yang selama ini, aku hanya bisa melihat dari pinggir jalan sewaktu lewat dari sekolah tersebut.
Aku menemukan bahwa guru-gurunya sangatlah ramah dan terbuka, bahkan kepala sekolahnya juga sangatlah menghormati kami. Beliau selalu membriefing kami ketika sebelum masuk ke kelas untuk mengawas. Ketika menyuruh kami pun beliau selalu meminta dengan penuh rasa hormat dan sangat rendah hati sekali. Itu tampak,ketika ada siswa yang baru mengalami kecelakaan, dimana pengawas , diminta oleh bapak kepala untuk bisa menolong anak tersebut dalam mengisi lembar jawaban yang kan dijawab. Itu terjadi  diruang satu. Sempat kian aku berpikir, seandainya saja itu terjadi di ruang tiga, dimana aku menjadi pengawas beserrta satu temanku lagi, maka akupun akan berpikir, bisakah aku menuruti perintah dari sang Kepsek. Dan memang tugasnya hanyalah sebatas melingkari saja, sesuai dengan jawaban dari mulut si anak tersebut.
Dihari pertama, semua berjalan lancar. Kami membaca secara seksama, seluruh peraturan-peraturan yang ada di berita acara, di lembar Fakta Integritas, serta lembar Absent siswa dan pengawas. Kutemukan peraturan yang cukup baik, bahwa, para pengawas tidak diperkenankan untuk membaca naskah soal UjianNasional. Dan memang dari Pusat-Kementerian, selalu menyediakan 1 sisa naskah dan lembar jawabannya. Di hari pertama, mata pelajaran bahasa Indonesia, kami taat untuk tidak membaca. Tapi di hari kedua, ketiga dan seterusnya, aku gak tahan untuk tidak membaca naskah soalnya. Dimana pelajaran yang diujikan secara berurutuan adalah Matematika, Bahasa Inggris dan Ilmu Pengetahuan Alam.
Sebenarnya tujuanku gak lain adalah hanya untuk mengetahui seberapa sulit soal-soal yang diujikan kepada anak-anak peserta ujian. Satu yang penting, aku tidak membocorkan jawabannya kepada mereka. Sebab memang soal-soal dari yang diujikan tersebut, masing-masing meja  atau orang berbeda-beda. Meskipun ada kunci jawaban, sepertinya hal itu akan menjadi sia-sia semata.
Jadi menurutku memang dibutuhkan untuk mengadakan Ujian-ujian nasional seperti ini. Asal ini bukan menjadi satu-satunya penentu kelulusan bagi anak-anak. Tapi juga melihat proses dan hasil belajar mereka selama ini didalam kelas. Dan secara teknis, ujian akhir sekolah juga dinilai langsung oleh departemen pendidikan tingkat kabupaten dan bukan sekolah, hal ini juga merupakan metode yang bagus, supaya dinas bisa mengetahui secara langsung hasil pendidikan anak-anak selama ini di sekolah. Seluruh aspek-aspek nilai akan dikumpulkan dan disatukan, untuk menilai apakah anak-anak yang mengikuti ujian tersebut lulus atau gagal.
Dihari kedua, ketiga dan keempat, semuanya berjalan dengan lancar. Tidak ada kecurangan yang kami dapati ketika proses ujian berlangsung. Dan diakhir ujian, ternyata kami semua para pengawas dan seluruh panitia mendapatkan sekedar uang transport dari Negara. Satu hal yang menarik ketika proses penyerahan uang transport tersebut. Kepala sekolah yang langsung turun tangan untuk membagikan kepada kami semua. Sebelum membagikan, beliau berpesan, bahwa uang tersebut kalau bapak yang menerima, harus langsung diberikan kepada istri. Sedang kalau ibu yang menerima, harus diberikan kepada anak-anaknya. Kalau yang lajang menerima hendaknya diberikan kepada orang tua. Supaya berkat-berkat itu terus mengalir kata beliau. Itulah hirarki berkat keuangan menurut beliau. Tapi menurutku pesan beliau bagus juga. Belum pernah selama ini, dalam hidupku, orang berpesan seperti itu, tentang uang atau berkat yang diterima.

Diminggu depan juga, tepatnya ditanggal 16,17 dan 18, akan berlangsung Ujian Nasional untuk anak tingkat Sekolah Dasar (SD). Harapannya juga semua bisa berjalan dengan lancar dan aman, dan terlebih-lebih tidak terjadi kecurangan-kecurangan. Harapannya pendidikan di Indonesia ini bisa semakin lebih baik lagi.

Selasa, 05 April 2016

BELAJAR BERTANI-Sebuah Haluan yang berubah

Selasa, 5 April 2016

Hari ini, aku sudah memulai untuk melangkah untuk mengembangkan usaha budidaya jahe. Meskipun yang selesai baru hanya membuat media untuk menanam benihnya saja, tapi aku sudah mulai merasakan gairah yang baru dalam bertani. Awalnya aku melihat di internet tentang bagaimana untuk membudidayakan jahe dengan metode Verticulture. Yang artinya menanam jahe dengan menggunakan polybeg sebagai media tanamnya. Aku melihat dari berbagai macam sumber tentang bagaimana memulainya. Awal pembibitannya, penanamannya, pemupukannya dan bagaimana pembuatan pupuknya juga, perawatannya, dan panennya. Bahkan dibahas juga tentang keuntungan yang akan diperoleh tiap bulannya jika ditanam dalam setiap bulannya itu sekitar 40an polibeg. Memang agak lama untuk bisa memanennya sekitar setahun. Cukup lama kita dalam membudidayakannya.
Modal yang nantinya akan kukeluarkan juga, lumayan akan menguras kantong. Aku harus pandai dalam mengelolanya sehingga tidak terjadi kekurangan belanja di dapur nantinya. Memang aku berkolaborasi dengan tim pertanian mahasiswa, bahkan aku juga sudah memberi mereka tenda untuk menudungi pupuk kompos yang akan kami gunakan. Sebelumnya aku berharap, bisa mendapatkan polibeg yang cukup dari tim mereka, sebab katanya masih banyak stok cadangan di gudang. Tetapi ternyata kudapatkan kabar hanya sekitar 5 polibeg aja yang akan kuterima. Sungguh diluar dugaanku.
Aku berharap untuk bulan ini, aku tidak membeli polibeg dulu sebagai media tanamnya. Tapi ternyata aku harus mengeluarkan lagi. Banyak lagi yang akan kukeluarkan,seperti pembelian dekomposernya, perangsang tumbuh, serta  Pupuk yang akan membunuh bakterinya. Aku melihat keuanganku, sudah tinggal dan hanya cukup untuk belanja kami 10 hari kedepannya. Tmbul pertanyaan dalam hatiku, bisakah aku merealisasikan 40 polibeg pertamaku di bulan April ini.
Yang penting aku berusaha dulu, sampai seberapa kemampuanku dalam merealisasikannya.
Lain Cerita… dihari ini juga, aku melihat para guru-guru SD pergi ke medan, setelah kami selesai belajar mengajar di dalam kelas. Katanya mereka mau refreshing dulu ke Medan, makan mie bersama dan kemungkinan mereka juga akan mencari bakal baju yang akan digunakan untuk membuat seragam mengajar kami nantinya. Sebab tadi juga, ibu kelas enam menawarkan kepadaku, untuk juga mengambil seragam bersama, baju setelan. Tapi aku kayaknya piker-pikir dulu, sebab sudah ada surat pemberitahuan kepadaku, bahwa limit atau batasan aku mengajar di YPK Masehi hanya sampai dibulan Juni ini saja. Aku dinyatakan tidak bisa melanjutkan lagi untuk tahun ajaran baru 2016/2017.
Aku masih belum tahu, bagaimana rancangan-rancangan Tuhan kepadaku yang sudah Ia persiapkan. Tapi, aku selalu bersyukur kepada Tuhan, sebab Ia sangat baik kepadaku. Memang aku sudah lama merindukan untuk bisa mengajar di dunia pendidikan di sekolah-sekolah formal. Dan Tuhan menjawab doaku, meskipun hanya setahun aku bisa mengajar di Sekolah Dasar dan di SMP, aku tetap merasakan sukacita yang besar dari Tuhan.
Dan akhir-akhir ini, aku digerakkan oleh-Nya untuk melihat dunia pertanian. Dan aku akan mencobanya dulu. Setelah selesai dunia Pendidikan Formal, aku akan menjadi petani dululah kayaknya. Thanks for this day..God..You are the best, the center in my life.