Total Tayangan Halaman

Selasa, 12 Juli 2011

"IMPIAN"

Seorang anak perempuan yang mungil dan manis sedang lelap tidur dipangkuan Ibunya, ia begitu menikmati suasana malam yang begitu tenang, angin malam sepoi-sepoi begitu lembutnya mengenai permukaan kulit. Ku menikmati dan memandang tidur anakku yang begitu pulas tidur, sekali-kali ia menampakkan senyum polosnya di raut wajahnya yang mungil. Ku memandang sekali lagi wajah anakku, timbul sesuatu didalam benakku dan didalam pikiranku, akankah ia akan menjadi orang yang sukses, akankah ia akan menjadi orang yang berguna kelak, akankah cita-cita yang ia impikan selama ini akan terwujud, akankah ia berkata kelak, ma…. aku telah menjadi dokter, akankah…., akankah…., akankah ….. akankah semua pertanyaan akan ini terjawab semua.? Kutak bisa menjawab sekarang.
Cita-cita yang ia impikan tuk menjadi seorang dokter terus ia katakan ke telingaku dan pernah dengan wajah yang masih memerah dipipinya, ia berlari-lari kepadaku membawakan dan memegang megang alat-alat dokter dibalik tubuhnya, ‘ma… ma…. coba lihat ma, apa yang aku pegang sekarang, coba mama tebak’. Dan akupun berkata,’ pasti …boneka, iakan sayang’. ‘mama salah… mama salah…aku sedang pegang nie ma, ini namanya… suntikma. Ini diberikan oleh tante Ria yang ada di samping rumah kita. Tante itu sa…ngat baik… sekali pada ku ma’. Oh ya akupun baru ingat bahwa disebelah rumah kami ada seorang ibu dokter, ia sangat ramah terhadap orang-orang disekitarnya. Ia adalah dokter satu-satunya yang mau tinggal dikampung-kampung seperti ini. Ia amat dekat pada anak-anak semua.

Dan iapun terus menerus memegang suntik mainannya dan bonekanya disamping tempat tidurnya. Sejak pertemuannya dengan Ibu dokter Ria, ia semakin rajin belajar dan rajin mengerjakan tugas-tugas yang ada di rumah. Ia bangun cepat-cepat di pagi hari, dan rajin berdoa. Aku melihat anakku sedang berdoa kepada Bapa yang ada di surga. Ku mendengar apa yang ia ucapkan dengan bibirnya. Ya Tuhan Yesus.pagi ini Ola mau berdoa padaMu. Ola mau jadi dokter, Terima kasih Tuhan Yesus, Amin’.
Dan ia pernah berdoa, ‘Tuhan Yesus, Ola mau belajar, trimakasih Tuhan Yesus. Amin’. Ini ia doakan sewaktu ia akan memulai belajar. Pernah juga ia berdoa, ‘Tuhan Yesus Ola mau makan, berkati makanan ini. Trimakasih Tuhan Yesus, Amin. Setiap apa yang ia lakukan ia akan berdoa terlebih dahulu. Dan melihat kebiasaannya, aku selalu mengucap syukur kepada Tuhan. Aku punya anak perempuan yang manis dan lugu. Punya anak yang rajin belajar, rajin bekerja dan rajin berdoa.
Akhirnya aku membangunkan tidur anakku yang sedang kelelahan belajar, yang sedang tidur di pangkuanku. Aku menggendongnya dan membawanya ke tempat tidurnya serta menyelimutinya. Akhirnya aku berdoa kepada Tuhan dalam hatiku, meskipun ekonomi keluarga kami pas-pasan dan bahkan tidak mencukupi tuk makan. Aku akan tetap memperjuangkan anakku ini, sampai ia berhasil. Dan sampai ia akan berkata, ‘Ma lihat aku telah menjadi dokter. Ola telah menjadi dokter, Ma. trima kasih ma. Aku sayang ama mama, aku cinta ama mama, dan aku cinta sama Yesus.’