Total Tayangan Halaman

Senin, 12 November 2012

Tersenyumlah-Sebab dengan senyum engkau akan menjadi berkah

Teman-teman, berikut saya bagikan Artikel yang dikirim teman saya ke email saya. 
Semoga bisa menginspirasi...


SENYUMLAH... 

 

Kisah di bawah ini adalah kisah yang saya dapat dari milis alumni Jerman,
atau warga Indonesia yg bermukim atau pernah bermukim di sana. Demikian
layak untuk dibaca beberapa menit, dan direnungkan seumur hidup.

 

Saya adalah ibu dari tiga orang anak dan baru saja menyelesaikan kuliah
saya. Kelas terakhir yang harus saya ambil adalah Sosiologi. Sang Dosen
sangat inspiratif, dengan kualitas yang saya harapkan setiap orang
memilikinya.

 

Tugas terakhir yang diberikan ke para siswanya diberi nama "Smiling."
Seluruh siswa diminta untuk pergi keluar dan memberikan senyumnya kepada
tiga orang asing yang ditemuinya dan mendokumentasikan reaksi mereka.
Setelah itu setiap siswa diminta untuk mempresentasikan di depan kelas. Saya
adalah seorang yang periang, mudah bersahabat dan selalu tersenyum pada
setiap orang. Jadi, saya pikir, tugas ini sangatlah mudah.

 

Setelah menerima tugas tsb, saya bergegas menemui suami saya dan anak bungsu
saya yang menunggu di taman di halaman kampus, untuk pergi ke restoran
McDonald's yang berada di sekitar kampus. Pagi itu udaranya sangat dingin
dan kering. Sewaktu suami saya akan masuk dalam antrian, saya menyela dan
meminta agar dia saja yang menemani si Bungsu sambil mencari tempat duduk
yang masih kosong.

 

Ketika saya sedang dalam antrian, menunggu untuk dilayani, mendadak setiap
orang di sekitar kami bergerak menyingkir, dan bahkan orang yang semula
antri di belakang saya ikut menyingkir keluar dari antrian.

 

Suatu perasaan panik menguasai diri saya, ketika berbalik dan melihat
mengapa mereka semua pada menyingkir? Saat berbalik itulah saya membaui
suatu "bau badan kotor" yang cukup menyengat, ternyata tepat di belakang
saya berdiri dua orang lelaki tunawisma yang sangat dekil! Saya bingung, dan
tidak mampu bergerak sama sekali.

 

Ketika saya menunduk, tanpa sengaja mata saya menatap laki-laki yang lebih
pendek, yang berdiri lebih dekat dengan saya, dan ia sedang "tersenyum" ke
arah saya. Lelaki ini bermata biru, sorot matanya tajam, tapi juga
memancarkan kasih sayang. Ia menatap ke arah saya, seolah ia meminta agar
saya dapat menerima 'kehadirannya' di tempat itu.

 

Ia menyapa "Good day!" sambil tetap tersenyum dan sembari menghitung
beberapa koin yang disiapkan untuk membayar makanan yang akan dipesan.
Secara spontan saya membalas senyumnya, dan seketika teringat oleh saya
'tugas' yang diberikan oleh dosen saya. Lelaki kedua sedang memainkan
tangannya dengan gerakan aneh berdiri di belakang temannya.

 

Saya segera menyadari bahwa lelaki kedua itu menderita defisiensi mental,
dan lelaki dengan mata biru itu adalah "penolong"nya. Saya merasa sangat
prihatin setelah mengetahui bahwa ternyata dalam antrian itu kini hanya
tinggal saya bersama mereka,dan kami bertiga tiba2 saja sudah sampai di
depan counter.

 

Ketika wanita muda di counter menanyakan kepada saya apa yang ingin saya
pesan, saya persilahkan kedua lelaki ini untuk memesan duluan. Lelaki
bermata biru segera memesan "Kopi saja, satu cangkir Nona." Ternyata dari
koin yang terkumpul hanya itulah yang mampu dibeli oleh mereka (sudah
menjadi aturan di restoran disini, jika ingin duduk di dalam restoran dan
menghangatkan tubuh, maka orang harus membeli sesuatu). Dan tampaknya kedua
orang ini hanya ingin menghangatkan badan.

 

Tiba2 saja saya diserang oleh rasa iba yang membuat saya sempat terpaku
beberapa saat, sambil mata saya mengikuti langkah mereka mencari tempat
duduk yang jauh terpisah dari tamu2 lainnya, yang hampir semuanya sedang
mengamati mereka...

 

Pada saat yang bersamaan, saya baru menyadari bahwa saat itu semua mata di
restoran itu juga sedang tertuju ke diri saya, dan pasti juga melihat semua
'tindakan' saya.

 

Saya baru tersadar setelah petugas di counter itu menyapa saya untuk ketiga
kalinya menanyakan apa yang ingin saya pesan. Saya tersenyum dan minta
diberikan dua paket makan pagi (di luar pesanan saya) dalam nampan terpisah.

 

Setelah membayar semua pesanan, saya minta bantuan petugas lain yang ada di
counter itu untuk mengantarkan nampan pesanan saya ke meja/tempat duduk
suami dan anak saya. Sementara saya membawa nampan lainnya berjalan
melingkari sudut ke arah meja yang telah dipilih kedua lelaki itu untuk
beristirahat. Saya letakkan nampan berisi makanan itu di atas mejanya, dan
meletakkan tangan saya di atas punggung telapak tangan dingin lelaki bemata
biru itu, sambil saya berucap "makanan ini telah saya pesan untuk kalian
berdua."

 

Kembali mata biru itu menatap dalam ke arah saya, kini mata itu mulai basah
berkaca2 dan dia hanya mampu berkata "Terima kasih banyak, nyonya."

 

Saya mencoba tetap menguasai diri saya, sambil menepuk bahunya saya berkata
"Sesungguhnya bukan saya yang melakukan ini untuk kalian,Tuhan juga berada
di sekitar sini dan telah membisikkan sesuatu ke telinga saya untuk
menyampaikan makanan ini kepada kalian."

 

Mendengar ucapan saya, si Mata Biru tidak kuasa menahan haru dan memeluk
lelaki kedua sambil terisak-isak. Saat itu ingin sekali saya merengkuh kedua
lelaki itu.

 

Saya sudah tidak dapat menahan tangis ketika saya berjalan meninggalkan
mereka dan bergabung dengan suami dan anak saya, yang tidak jauh dari tempat
duduk mereka. Ketika saya duduk suami saya mencoba meredakan tangis saya
sambil tersenyum dan berkata "Sekarang saya tahu, kenapa Tuhan mengirimkan
dirimu menjadi istriku, yang pasti, untuk memberikan 'keteduhan' bagi diriku
dan anak2ku!"

 

Kami saling berpegangan tangan beberapa saat dan saat itu kami benar2
bersyukur dan menyadari, bahwa hanya karena 'bisikanNYA' lah kami telah
mampu memanfaatkan 'kesempatan' untuk dapat berbuat sesuatu bagi orang lain
yang sedang sangat membutuhkan.

 

Ketika kami sedang menyantap makanan, dimulai dari tamu yang akan
meninggalkan restoran dan disusul oleh beberapa tamu lainnya, mereka satu
persatu menghampiri meja kami, untuk sekedar ingin 'berjabat tangan' dengan
kami. Salah satu di antaranya, seorang bapak, memegangi tangan saya, dan
berucap "Tanganmu ini telah memberikan pelajaran yang mahal bagi kami semua
yang berada disini, jika suatu saat saya diberi kesempatan olehNYA, saya
akan lakukan seperti yang telah kamu contohkan tadi kepada kami."

 

Saya hanya bisa berucap "terimakasih" sambil tersenyum. Sebelum beranjak
meninggalkan restoran saya sempatkan untuk melihat ke arah kedua lelaki itu,
dan seolah ada 'magnit' yang menghubungkan bathin kami, mereka langsung
menoleh ke arah kami sambil tersenyum, lalu melambai2kan tangannya ke arah
kami. Dalam perjalanan pulang saya merenungkan kembali apa yang telah saya
lakukan terhadap kedua orang tunawisma tadi, itu benar2 'tindakan' yang
tidak pernah terpikir oleh saya.

 

Pengalaman hari itu menunjukkan kepada saya betapa 'kasih sayang' Tuhan itu
sangat HANGAT dan INDAH sekali!

 

Saya kembali ke college, pada hari terakhir kuliah dengan 'cerita' ini di
tangan saya. Saya menyerahkan 'paper' saya kepada dosen saya. Dan keesokan
harinya, sebelum memulai kuliahnya saya dipanggil dosen saya ke depan kelas,
ia melihat kepada saya dan berkata, "Bolehkah saya membagikan ceritamu ini
kepada yang lain?" dengan senang hati saya mengiyakan.

 

Ketika akan memulai kuliahnya dia meminta perhatian dari kelas untuk
membacakan paper saya. Ia mulai membaca, para siswapun mendengarkan dengan
seksama cerita sang dosen, dan ruangan kuliah menjadi sunyi. Dengan cara dan
gaya yang dimiliki sang dosen dalam membawakan ceritanya, membuat para siswa
yang hadir di ruang kuliah itu seolah ikut melihat bagaimana sesungguhnya
kejadian itu berlangsung, sehingga para siswi yang  duduk di deretan
belakang di dekat saya di antaranya datang memeluk saya untuk mengungkapkan
perasaan harunya.

 

Di akhir pembacaan paper tersebut, sang dosen sengaja menutup ceritanya
dengan mengutip salah satu kalimat yang saya tulis di akhir paper saya.
"Tersenyumlah dengan 'HATImu', dan kau akan mengetahui betapa 'dahsyat'
dampak yang ditimbulkan oleh senyummu itu."

 

Dengan caraNYA sendiri, Tuhan telah 'menggunakan' diri saya untuk menyentuh
orang-orang yang ada di McDonald's, suamiku, anakku, guruku, dan setiap
siswa yang menghadiri kuliah di malam terakhir saya sebagai mahasiswi. Saya
lulus dengan 1 pelajaran terbesar yang tidak pernah saya dapatkan di bangku
kuliah manapun, yaitu: "PENERIMAAN TANPA SYARAT."

 

Banyak cerita tentang kasih sayang yang ditulis untuk bisa diresapi oleh
para pembacanya, namun bagi siapa saja yang sempat membaca dan memaknai
cerita ini diharapkan dapat mengambil pelajaran bagaimana  cara MENCINTAI
SESAMA, DENGAN MEMANFAATKAN SEDIKIT HARTA-BENDA YANG KITA MILIKI, dan
bukannya MENCINTAI HARTA-BENDA YANG BUKAN MILIK KITA, DENGAN MEMANFAATKAN
SESAMA!

 

Jika anda berpikir bahwa cerita ini telah menyentuh hati anda, teruskan
cerita ini kepada orang2 terdekat anda. Disini ada 'malaikat' yang akan
menyertai anda, agar setidaknya orang yang membaca cerita ini akan tergerak
hatinya untuk bisa berbuat sesuatu (sekecil apapun) bagi sesama yang sedang
membutuhkan uluran tangannya!

 

Orang bijak mengatakan: Banyak orang yang datang dan pergi dari kehidupanmu,
tetapi hanya 'sahabat yang bijak' yang akan meninggalkan JEJAK di dalam
hatimu.

 

Untuk berinteraksi dengan dirimu, gunakan nalarmu. Tetapi untuk berinteraksi
dengan orang lain, gunakan HATImu! Orang yang kehilangan uang, akan
kehilangan banyak, orang yang kehilangan teman, akan kehilangan lebih
banyak! Tapi orang yang kehilangan keyakinan, akan kehilangan semuanya!
Tuhan menjamin akan memberikan kepada setiap hewan makanan bagi mereka,
tetapi DIA tidak melemparkan makanan itu ke dalam sarang mereka, hewan itu
tetap harus BERIKHTIAR untuk bisa mendapatkannya.

 

Orang-orang muda yang 'cantik' adalah hasil kerja alam, tetapi orang-orang
tua yang 'cantik' adalah hasil karya seni. Belajarlah dari PENGALAMAN
MEREKA, karena engkau tidak dapat hidup cukup lama untuk bisa mendapatkan
semua itu dari pengalaman dirimu sendiri

 

CHEERS

Selasa, 21 Februari 2012

Natural Intelligence-Agar Layak dibayar mahal

Hore, Hari Baru! Teman-teman.

Catatan Kepala: ”Ternyata, kecerdasan kita tidak semata-mata dibangun oleh IQ, EQ, atau SQ belaka lho. Faktanya, setiap individu memiliki bentuk kecerdasan yang terintegarasi. Itulah Natural Intelligence.”

Sekarang sudah mulai banyak orang yang bertanya; apa sih Natural Intelligence (NatIn™) itu? Sungguh sebuah kabar yang bagus. Saya beruntung karena telah berkesempatan untuk mempelajari teori-teori tentang kecerdasan. Meskipun tidak menjadikan saya ahli di bidang itu, namun cukuplah untuk menjadi bekal dalam kehidupan dan profesi saya. Ada sebuah ciri yang dimiliki nyaris oleh semua teori kecerdasan yang kita kenal selama ini, yaitu; pengkotak-kotakan. Yang paling terasa sekali misalnya pengkotak-kotakan antara IQ, EQ, dan SQ. Berbeda sekali dengan Natural Intelligence (NatIn™) dimana kita, bisa menemukan system kecerdasan yang terintegrasi. Disini saya tidak akan membahas teorinya, namun fokus saja kepada aplikasinya. Misalnya, bagaimana kita menggunakan NatIn™ untuk membangun sudut pandang pribadi dalam menjadikan diri kita layak untuk dibayar mahal sebagai seorang profesional.

Siapakah diantara Anda yang tidak menginginkan untuk dibayar mahal? Meskipun tidak tertarik untuk membayar tinggi terhadap sesuatu yang kita beli, namun kita selalu ingin mendapatkan bayaran yang tinggi. Pertanyaannya adalah; Apa yang membuat seseorang layak untuk mendapatkan bayaran mahal? Ada begitu banyak jawaban atas pertanyaan itu. Diantaranya ada yang menjawab ‘keahliannya’, ‘masa kerjanya’, dan ada pula yang menjawab ‘jabatannya’. Saya ingin mengajak Anda untuk menguji kebenaran jawaban itu, dengan menggunakan prinsip-prinsip Natural Intelligence (NatIn™). Mari kita mulai dengan menyimak 3 situasi berikut ini:

1. Keahlian. Banyak sekali orang yang memiliki kemampuan tinggi namun mereka tidak tertarik untuk benar-benar mencurahkan seluruh kemampuan yang dimilikinya hingga bisa menghasilkan sebuah karya yang betul-betul bernilai tinggi. Mereka sudah mengikuti berbagai macam program pelatihan, diklat, bahkan ada yang begelar master dan doktor; namun kinerjanya tidak jauh berbeda dengan orang lain yang tingkat kemampuannya berada dibawah mereka. Jika Anda mempunyai kolega yang kinerjanya sama saja dengan Anda, namun kolega Anda itu mendapat bayaran lebih mahal dari Anda, apakah Anda rela? Fakta ini menunjukkan bahwa meskipun mempunyai kualifikasi keahlian yang tinggi, hal itu tidak berarti secara otomatis menjadikan seseorang layak mendapatkan bayaran yang mahal.

2. Masa kerja. Kkita mengenal begitu banyak orang yang memiliki masa kerja yang sangat lama sekali. Namun semakin lama mereka bekerja, mereka semakin merasa bosan dengan pekerjaannya. Setiap hari mereka berangkat dari rumah kekantor dengan perasaan yang sangat berat didalam dada. Begitu tiba diruang kerja, mereka duduk di kursi kerjanya tanpa gairah. Ketika mengerjakan tugas-tugasnya, mereka merasakan kehampaan sehingga yang penting bisa muncul di kantor pada jam kerja, dan semua pekerjaan ‘dikerjakan’ alakadarnya saja. Menurut pendapat Anda, apakah orang-orang seperti itu layak mendapatkan bayaran yang mahal? Fakta ini pun menunjukkan bahwa meski mempunyai masa kerja lama, namun seseorang tidak secara otomatis layak mendapatkan bayaran yang mahal.

3. Jabatan. Ada cukup banyak kejadian dimana orang-orang yang memiliki jabatan tinggi terlena dengan jabatannya sampai-sampai mereka lupa untuk terus mengembangkan diri sehingga orang lain berkembang lebih pesat dan lebih cepat dari dirinya. Beberapa tahun kemudian, mereka baru sadar jika dirinya sudah tertinggal jauh oleh orang-orang yang sebelumnya berada dibelakang mereka. Fakta ini pun menunjukkan kepada kita, bahwa menduduki jabatan tinggi bukanlah jaminan bahwa seseorang layak mendapatkan bayaran yang mahal.

Selanjutnya, mari kita simak 2 situasi lainnya berikut ini:

4. Ketulus-ikhlasan. Banyak contoh yang ditunjukkan oleh orang-orang yang tulus dalam bekerja. Mereka memulai karir dari tingkatan yang tidak terlalu bergengsi. Namun ketulusannya dalam bekerja telah membawanya kepada dedikasi yang begitu tinggi sehingga setiap hari ketika berangkat dari rumah, mereka bertekad untuk memberikan kontribusi terbaik melalui pekerjaannya. Ketika tiba di kantor, mereka bergembira untuk mengerahkan seluruh kemampuan, keahlian dan daya diri yang dimilikinya kedalam pekerjaan dan tugas-tugas yang ditanganinya pada hari itu. Setiap pekerjaan yang diterimanya diselesaikannya dengan sepenuh hati sehingga tidak ada cacat yang dibiarkannya menodai hasil kerjanya. Ketika hari menjelang sore, mereka merasa puas dengan semua upaya yang sudah dikontribusikannya sepanjang hari itu sehingga mereka meninggalkan kantor dengan perasaan lega dan lapang dada. Setibanya di rumah, mereka bersyukur karena hari itu telah berhasil menunaikan tugasnya dengan sebaik-baiknya. Maka ketika bertemu dengan istri atau suami dan anak-anaknya mereka masih menyisakan rasa gembira itu sehingga bisa menikmati saat-saat di rumah bersama keluarganya. Mereka puas dengan kehidupan rumahnya. Dan mereka tulus ikhlas dalam menjalani kehidupan kerjanya. Keesokan harinya, mereka berangkat ke kantor lagi dengan semangat dan antusiasme yang tinggi seperti dihari-hari sebelumnya.

5. Perilaku positif. Menjelang akhir tahun tiba selalu ada penilaian terhadap kinerja setiap karyawan. Selain hasil kerja, juga dinilai perilaku kerja dan bagaimana karyawan menjalani hari-harinya di kantor. Atasan tidak hanya menilai segala sesuatunya diatas kertas, melainkan merasakan suasana dan dampak dari kehadiran setiap karyawan di ruang kerjanya masing-masing. Pelanggan juga sama. Mereka bisa merasakan pelayanan istimewa yang diberikan oleh orang-orang yang tulus dengan pelayanan asal-asalan dari mereka yang bekerja secara terpaksa. Cara mereka tersenyum. Cara mereka menyapa. Cara mereka melakukan sesuatu untuk pelanggannya, sungguh sangat berbeda sehingga pelanggan bisa merasakannya dengan jelas dan membedakannya secara kontras. Tidak heran jika atasan, teman, maupun pelanggan mereka memberikan nilai yang tinggi atas kualitas kerja yang sudah didedikasikannya.

Sekarang, cobalah temukan kaitan antara situasi nomor 4 dan nomor 5, serta pengaruhnya terhadap peluang utilisasi situasi 1, 2 dan 3. Kemudian, renungkanlah dampak ke-5 situasi terhadap kelayakan seseorang mendapatkan bayaran yang lebih tinggi. Gampangnya begini; seseorang tidak cukup hanya memiliki keterampilan kerja, masa kerja, dan jabatan untuk memperoleh bayaran yang lebih tinggi. Dia butuh ketulus-ikhlasan dalam bekerja sehingga terdorong untuk menggunakan seluruh daya diri yang dimilikinya. Dan dia, butuh berperilaku baik sehingga keunggulan pribadinya bisa dikonversi menjadi kompatibilitas yang tinggi degan lingkungan kerjanya.

Saya menguraikan situasi-situasi itu dengan prinsip-prinsip Natural Intelligence (NatIn™). Disini terlihat sekali bahwa Natural Intelligence dapat diaplikasikan dalam beragam aspek kehidupan kita. Untuk pengembangan diri. Untuk Kehidupan sehari-hari di rumah dan lingkungan tempat kita tinggal. Maupun untuk meningkatkan daya kualitas kerja dan kepemimpinan kita. Tapi landasan konstruksi ilmiahnya apa? Mungkin Anda bertanya demikian. Artikel ini memang dikhususkan untuk menunjukkan aplikasinya supaya bisa sesuai dan terkait langsung dengan kehidupan keseharian kita. Namun, pertanyaan Anda itu merupakan sebuah awal yang baik untuk mempelajari dan mendalami Natural Intelligence (NatIn™) lebih lanjut. Cobalah. Karena dengan ilmu ini kita bisa lebih memahami bentuk kecerdasan hakiki kita secara terintegrasi. Bukannya terkotak-kotak seperti halnya teori-teori kecerdasan yang selama ini kita kenal.

Salam hormat,
Mari Berbagi Semangat!
Tulisan yang saya ambil dari milis teman
DEKA - Dadang Kadarusman – 22 Februari 2012
Author & Trainer of Natural Intelligence Leadership